1.
Pengangguran
Definisi
pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu,
yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan
upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai
kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi di atas masih
banyak istilah arti definisi pengangguran diantaranya:
Menurut
Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
Definisi
pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang
menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja. Definisi
pengangguran menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja,
sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran
sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
·
Pengangguran Terselubung (Disguissed
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
·
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
·
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam-macam
pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
·
Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment)
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
·
Pengangguran struktural (Struktural
Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang,
akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi, akibat kebijakan pemerintah.
·
Pengangguran friksional (Frictional
Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian
antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut
pengangguran sukarela.
·
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang
muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
·
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang
terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga
mesin-mesin.
·
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi).
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat
demand).
Sebab-Sebab Terjadinya Pengganguran
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:
·
Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan
Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang
terjadi.
·
Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga
terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan
kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran
belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara
tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi
kesempatan kerja yang tersedia.
·
Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja
Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia.
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan
kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke
daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap
Perekonomian
Untuk
mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu mengelompokkan
pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
a) Dampak
Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah
meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan
dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif
tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang
telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
o
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak
dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
o
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan
nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang
harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun,
dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
o
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan
ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b) Dampak
pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang
mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
o
Pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian
o
Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
o
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan
social politik.
Kebijakan – Kebijakan Pengangguran
Adanya
bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
a) Cara
Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
·
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
·
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari
tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
·
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi
formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
·
Segera mendirikan industri padat karya di
wilayah yang mengalami pengangguran
b) Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan
cara-cara sbb:
·
Perluasan kesempatan kerja dengan cara
mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
·
Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai
bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
·
Menggalakkan pengembangan sector Informal,
seperti home indiustri
·
Menggalakkan program transmigrasi untuk
me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
·
Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah,
seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga
bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi
baru dari kalangan swasta.
c) Cara
Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
·
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan
kerja di sector lain, dan
·
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain
untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
d) Cara
mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
·
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa, dan
·
Meningkatkan daya beli Masyarakat.
2.
Inflasi
Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini
tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase
yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang
penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu
periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
BAGAIMANA
TERJADINYA INFLASI?
Tingkat
inflasi untuk bulan Oktober 2005 yang sangat tinggi itu (8,75%) masih membuat
prihatin banyak kalangan. Karena ada yang disebut core inflation, atau inflasi
inti, oleh Bank Indonesia yang besarnya sekitar 7-8% setahun maka kedua
pengaruh inflasi ini secara agregatip menimbulkan inflasi lebih dari 15%
setahun. Maka arti inflasi harus disikapi.
Arti
atau definisi umum dari inflasi adalah gejala kenaikan harga secara umum
(artinya semua harga terpengaruhi) oleh karena “terlalu banyak uang mengejar
jumlah barang yang jumlahnya tidak bertambah”. Inflasi dalam artian ini adalah
gejala effective demand yang terlalu besar, entah oleh karena akibat kebijakan
fiskal (anggaran belanja pemerintah) atau oleh kebijakan moneter dari bank
sentral. Misalnya, dalam masa pertama RI inflasinya tinggi sekali oleh karena
kebijakan fiskal terlalu “gampangan” (loose). Artinya, kalau pemerintah
memerlukan uang maka ditempuh jalan yang mudah, yakni cetak saja uang baru.
Usaha untuk mengumpulkan pajak baru merupakan usaha serius di zaman yang
mutakhir. Pada tahap berikutnya maka dalil untuk “mencetak saja uang kalau
diperlukan pemerintah” dikoreksi. Pembiayaan defisit anggaran belanja
pemerintah diusahakan dengan cara yang tidak langsung menuju ke pencetakan uang
baru. Maka pada tahap itu menarik pinjaman luar negeri menjadi jalan keluar
yang sering ditempuh oleh pemerintah. Ini sesuai dengan prinsip umum pembiayaan
defisit anggaran belanja pemerintah yang non-inflator, yakni berhutang saja
dari luar dan dalam negeri, atau/dan menjual asset negara. Menjual asset negara
untuk menutup defisit juga merupakan upaya yang lebih mutakhir, yakni dengan
menjual BUMN, entah sebagian sahamnya atau secara keseluruhan (privatisasi).
Bank
Indonesia sebagai bank sentral sekarang mempunyai misi tunggal, yakni menjaga
nilai rupiah, artinya sekuat tenaga berusaha mengekang inflasi. Kalau ada
tekanan inflasi yang meninggi maka BI menaikkan suku bunganya (BI rate atau
SBI) sehingga mengerem pengeluaran kredit baru oleh sistim perbankan. Akan
tetapi kalau inflasi tetap memuncak maka BI menghadapi dilema, seperti sekarang
ini juga.
Secara
umum terdapat dua jenis inflasi yakni kenaikan harga Indeks Harga Konsumen
(IHK) yang merupakan headline inflation dan inflasi inti (core inflation).
Kenaikan harga BBM merupakan faktor administered price atau kenaikan harga yang
dipicu oleh kebijakan pemerintah.
Masalahnya,
salah satu yang bisa memicu kenaikan inflasi inti itu adalah ekspektasi
masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Yang terjadi seringkali kenaikan BBM
diikuti dengan kenaikan harga barang-barang dan jasa, termasuk yang tidak
terkait langsung dengan kenaikan BBM.
Pemerintah
juga perlu menyalurkan sebagian dana untuk investasi infrastuktur. Sebab selama
ini hal yang menaikkan inflasi IHK adalah ketidaklancaran distribusi barang dan
bahan pokok. Apabila distribusi lancar maka inflasi juga akan dapat ditekan.
Laju
inflasi yang begitu tinggi, yang ditandai dengan melambungnya harga barang dan
jasa, dikhawatirkan mendorong masyarakat mengorbankan pendidikan dan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi itu bisa semakin menurunkan tingkat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sehingga daya saingnya semakin
merosot.
Ekonom
dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih, mengatakan
kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (7/11), kenaikan laju inflasi yang dibarengi
dengan kenaikan harga akan menyebabkan masyarakat memilih secara ketat
pengeluaran rumah tangganya.
Berkaitan
dengan hal itu masyarakat akan menempatkan kebutuhan pangan se- bagai prioritas
utama dalam belanja rumah tangga. Sedang kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan
dan kesehatan, tidak masuk dalam prioritas.
Untuk
itu, Adiningsih mengimbau pemerintah dan Bank Indonesia (BI) betul-betul
bekerja keras meminimalisasi dampak inflasi terhadap ekonomi, terutama di
tingkat rumah tangga, dengan memberikan insentif dan stimulus dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dinilai cukup longgar pascakenaikan
BBM.
Penyebab Inflasi
·
Tarikan permintaan (Demand pull inflation)
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya
permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah
demand pull inflation.
·
Desakan biaya (Cost push inflation)
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Jenis-Jenis Inflasi
a) Jenis
Inflasi Menurut Sifatnya
Laju
Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu
negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu :
·
Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun).
Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam
jangka yang relatif lama.
·
Inflasi Menengah (galloping inflation)
Ditantai dengan kenaikanharga yang
cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi
(harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
·
Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga
ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga
naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan
mencetak uang.
b)
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
·
Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan
kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga
menaikkan hasil produksi (output).
·
Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya
ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang
dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan
biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor
diantaranya :
o
perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk
menuntu kenaikan upah
o
Suatu industri yang sifatnya monopolistis,
manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang
lebih tinggi).
o
Kenaikan harga bahan baku industri.
Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
o
Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan
harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak
dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
o
Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga
yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan
harga bahan mentah atau kenaikan upah.
o
Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang
disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah
produksi dalam negeri.
Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
a) Efek
terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh
endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang
memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi
sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju
inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
b) Efek
terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam
barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi
tidak efisien.
c) Efek
terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects)
digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat
diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah
output tertentu tersebut.
Penggolongan Inflasi
a) Berdasarkan
asal timbulnya inflasi
·
Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya
sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan
menjadi mahal.
·
Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu
inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini terjadi akibat biaya
produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
b) Berdasarkan
cakupan pengaruh kenaikan harga
Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang
tertentu secara kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation), dan
apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open
inflation), sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap
saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan
uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tak
terkendali (hyperinflation).
c) Berdasarkan
parah atau tidaknya inflasi
Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan:
·
inflasi ringan (di bawah 10% setahun),
·
inflasi sedang (antara 10%–30% setahun),
·
inflasi berat (antara 30%–100% setahun), dan
·
inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun)
Dampak Inflasi
Secara
umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi.
Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima
pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a) Bagi
pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003
atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal
setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu
juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat
inflasi.
b) Bagi
para penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyaraka
c) Bagi
debitur dan kreditur
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi
menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang
lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
d) Bagi
produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, jika inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Produsen dapat menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika
tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).
e) Bagi
perekonomian nasional
·
Investasi berkurang.
·
Mendorong tingkat bunga.
·
Mendorong penanam modal yang bersifat
spekulatif.
·
Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
·
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada
masa yang akan datang.
·
Menyebabkan daya saing produk nasional
berkurang.
·
Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
·
Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
Cara-cara Mengatasi Inflasi
a) Kebijakan
Moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam mengatasi
inflasi adalah dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang diambil
oleh bank sentral tersebut dinamakan kebijakan moneter, yaitu dengan
menggunakan cara-cara sebagai berikut.
·
Politik Diskonto (discount policy) adalah
politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah
uang yang beredar di masyarakat akan berkurang karena orang akan lebih banyak
menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan investasi.
·
Politik Pasar Terbuka (open market policy)
dijalankan dengan membeli dan menjual surat-surat berharga. Dengan menjual
suratsurat berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.
·
Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan
dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan
berkurang.
·
Pengawasan kredit secara selektif.
b) Kebijakan
Fiskal
Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan kebijakan
fiskal yaitu kebijakan yang berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan
pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam kebijakan fiskal adalah
·
pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN) dan
·
peningkatan tarif/pajak.
·
Kebijakan Nonmoneter
Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter
yang mengatur hal-hal berikut.
·
Peningkatan produksi.
·
Kebijakan upah.
·
Pengawasan harga.
Metode Perhitungan Inflasi
Untuk
menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut.
Laju inflasi = x
100%
Keterangan:
IHt = Indeks
Harga tahun tertentu (dihitung)
IHt–1 = Indeks
Harga tahun sebelumnya
Contoh
Diketahui:
Indeks Harga
Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65
Indeks Harga
Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15
Besarnya laju
inflasi bulan Maret 2005 adalah:
Laju Inflasi =
=150,65 – 145,15
x 100%
=145,15
= 3,79% Termasuk
inflasi ringan.
SUMBER